Minggu, 02 Juni 2013

Kepuasan Pelanggan


Kepuasan Pelanggan

Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan, Senin 27 Mei 2013 tepatnya pukul 13.30 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan di ruang Daksinapati 307, di mana kegiatan perkuliahan dipimpin oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Hari ini adalah pertemuan keempat belas yang merupakan kegiatan presentasi terakhir yang akan dilakukan oleh kelompok kedua belas yang beranggotakan Demas Hilman, Marsha Ramadhono, dan Muhaimin Usman. Presentasi hari ini berjudul “Kepuasan Pelanggan”.
Sebelum membahas lebih jauh tentang kepuasan pelanggan, terlebih dahulu kita mengetahui definisi dari kepuasan pelanggan itu sendiri. Kepuasan pelanggan menurut Wilky adalah suatu tanggapan emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu barang atau jasa. Dengan kata lain, sampai tingkat sejauh mana kepuasan yang dirasakan oleh konsumen terhadap produk/jasa yang telah dikonsumsinya. Untuk mengukur sejauh mana kepuasan yang dirasakan oleh konsumen, terdapat empat cara untuk mengukur kepuasan konsumen tersebut, pertama adalah dengan cara sistem keluhan dan saran di mana konsumen dapat memberikan saran terhadap kinerja dari keseluruhan aspek sebuah perusahaan atau bisa juga member saran melalui kotak saran yang telah disediakan. Kedua adalah survey kepuasan pelanggan, perusahaan dapat mengetahui tingkat kepuasan konsumen dengan cara turun langsung ke lapangan dengan mewawancarai konsumen ataupun dengan cara penyebaran angket. Ketiga adalah pembeli bayangan, yaitu perusahaan membeli atau mengkonsumsi produk yang dihasilkan oleh pesaing sehingga dapat diketahui keunggulan dan kekurangan apa yang dimiliki oleh produk pesaing, dan dapat juga membandingkannya dengan produk yang kita miliki. Terakhir adalah analisis pelanggan yang beralih, yaitu perusahaan menghubungi kembali konsumen yang sudah tidak menggunakan atau mengkonsumsi produk/jasa dari perusahaan tersebut sehingga dapat mengetahui alasan konsumen tidak menkonsumsi produk yang dihasilkan oleh perusahaan.
Sebuah perusahaan pasti menginginkan produk yang dihasilkannya dapat memuaskan konsumen, namun tidak jarang hal yang diharapkan dapat berjalan sesuai yang diinginkan. Oleh karena itu, perlu kiranya perusahaan mengetahui apa saja penyebab konsumen merasa tidak puas dengan produk/jasa yang dihasilkan. Penyebab konsumen merasa tidak puas yaitu ketidaksesuaian antara harapan konsumen dengan kenyataan yang dialami, ketidakpuasan pelayanan yang diberikan perusahaan ketika menggunakan atau mengkonsumsi produk/jasa, lingkungan yang kurang mendukung, penetapan biaya yang diluar jangkauan, dll. 

Sabtu, 25 Mei 2013

Perilaku Konsumen


Perilaku Konsumen

Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan, 20 Mei 2013, tepatnya di ruang Daksinapati 307 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan yang dipimpin oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Hari ini merupakan pertemuan ketiga belas, di mana hari ini kegiatan presentasi akan dilakukan oleh kelompok sebelas yang beranggotakan Dwi Sakti, Yudhi, Qidham. Materi yang akan disajikan oleh kelompok sebelas berjudul “Perilaku Konsumen”.
Perilaku Konsumen adalah perilaku yang ditunjukkan oleh orang-orang dalam merencanakan, membeli, dan menggunakan barang ekonomi maupun jasa. Terlebih dahulu kita harus mengetahui faktor perilaku yang mempengaruhi konsumen, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal itu sendiri adalah faktor yang berasal dari dalam diri individu yang didorong oleh faktor kebutuhan seperti yang dikemukakan oleh Maslow dalam 5 tingkat hierarki kebutuhan. Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang berasal dari luar individu seperti faktor ekonomi, budaya, politik, sosial, dll.
Terdapat proses dalam keputusan pembelian, yaitu peran dalam pembelian, jenis perilaku pembelian, dan meneliti proses keputusan pembelian. Peran dalam pembelian yaitu pencetus ide, pemberi pengaruh, dan pemakai suatu produk barang maupun jasa. Jenia perilaku pembelian yaitu terdiri dari perilaku pembelian kompleks, perilaku pembelian menurut kebiasaan, dan perilaku pembelian mengurangi ketidakpastian. Yang terakhir yaitu meneliti proses keputusan pembelian, yaitu terdiri dari introspektif (perilaku mengintrospeksi perilaku diri), retrospektif (mewawancarai atau menanyakan kepada pembeli terakhir tentang kejadian yang mendorongnya untuk membeli, dan prespektif (meminta konsumen untuk menjelaskan cara yang ideal untuk membeli suatu produk).  
Ketika konsumen memutuskan untuk membeli atau tidaknya suatu produk/jasa, terdapat proses di dalam keputusan pembelian tersebut, antara lain pengenalan masalah, pencarian informasi, perilaku purnabeli, keputusan pembelian, dan evaluasi alternatif. Pengenalan masalah, yaitu konsumen menganalisis tentang pengenalan masalah yang muncul dalam menentukan produk apa yang akan dibelinya. Pencarian informasi, yaitu mencari informasi yang terkait dengan penyelesaian masalah yang muncul. Perilaku Purnabeli, yaitu konsumen melihat perilaku konsumen lain yang telah membeli produk tersebut seahingga mengetahui bagaimana respon konsumen yang sudah membeli produk tersebut. Keputusan pembelian, yaitu konsumen sudah memutuskan untuk membeli suatu produk/jasa yang dihasilkan dari pencarian informasi dan mencari tahu perilaku konsumen yang telah membeli produk/jasa tersebut. Terakhir adalah evaluasi alternatif, yaitu konsumen mengevaluasi produk/jasa yang telah dibelinya.

Sabtu, 18 Mei 2013

Kualitas Jasa



Kuallitas Jasa

Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan, 13 Mei 2013 tepatnya di ruang Daksinapati 307 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan dengan dipimpin oleh dosen kami Bapak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Hari ini adalah pertemuan kedua belas dim aka hari ini kegiatan presentasi akan dilakukan oleh kelompok kesepuluh yang beranggotakan Adjeng Afriyani, Astri Nurul, Kiki Indriyani, dan Lensy Juni. Topik pembahasan pertemuan kali ini adalah tentang “Kualitas Jasa”.
Sebelum kita mengetahui definisi dari kualitas jasa, sebelumnya akan kita bahas apa itu kualitas. Menurut Goetsh dan David(1994) kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, manusia, jasa, proses, dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan. Jadi dapat disimpulkan bahwa kualitas jasa adalah tanggapan konsumen secara keseluruhan akan produk atau jasa yang dikonsumsinya, di mana dari tanggapan tersebut akan dapat terlihat keunggulan-keunggulan yang ada guna memenuhi keinginan konsumen. Kualitas itu sendiri terbagi atas dua, yaitu yang bersifat absolut dan bersifat relative. Absolut itu sendiri yaitu di mana hanya ada satu kepuasan yang hanya dimiliki oleh satu objek, tidak ada yang lain. Sedangkan yang bersifat relatif yaitu kepuasan yang bersifat subjektif di mana setiap konsumen memiliki kepuasan tersendiri yang berbeda-beda.
Kualitas jasa memiliki beberapa unsur yaitu kecepatan, , ketepatan, keramahan, dan kenyamanan. Dalam kualitas jasa terdapat beberapa syarat, antara lain komprehensif (menyeluruh), universal (masing-masing dimensi bersifat umum), bebas, dan limited (dimensi harus dibatasi).
Jika dilihat dari dimensi kualitas jasa, kualitas jasa tersebut terbagi atas lima dimensi. Dimensi pertama yaitu reliability (kehandalan) di mana dalam dimensi ini dilihat dari sejauh mana pihak perusahaan mampu melayani kebutuhan konsumen. Kedua yaitu responsiveness (daya tanggap), yaitu sejauh mana kemampuan pihak perusahaan dalam membantu kesulitan yang dihadapi oleh konsumen dan merespon permintaan konsumen. Ketiga yaitu assurance (jaminan), yaitu sejauh mana pihak perusahaan dapat menumbuhkan rasa kepercaayaan dari konsumen sehingga para konsumen merasa aman. Keempat yaitu emphaty
(empati), yaitu sejauh mana pihak perusahaan dapat memahami apa yang dirasakan atau dialami oleh konsumen dengan begitu pihak perusahaan dapat bertindak demi kepentingan konsumen. Kelima  yaitu
tangibles (bukti fisik), yaitu di mana pihak perusahaan menyediakan dan memfasilitasi segala bukti fisik seperti gedung, peralatan, perlengkapan, para staf, dll demi mempertahankan eksistensi dari perusahaan tersebut.
Terdapat konsep TQS (Total Quality Service) dalam kualitas jasa, di mana TQS itu sendiri yaitu perbaikan secara terus menerus dan berkesinambungan dalam baik dalam hal produk fisik maupun nonfisik guna mewujudkan lingkungan yang kondusif bagi konsumen. Terdapat strategi yang digunakan untuk meningkatkan kualitas jasa, antara lain yaitu Menidentifikasi detreminan utama kualitas jasa, mengelola harapan konsumen, mengelola bukti kualitas jasa, mendidik konsumen,   mengembangkan budaya kualitas, menciptakan automating quality, menindaklanjuti jasa, dan mengembangkan sistem informasi kualitas jasa.


Rabu, 08 Mei 2013

Promosi

Promosi

            Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan, 6 Mei 2013, tepatnya di ruang Daksinapati 307 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan dengan dipimpin oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Hari ini merupakan pertemuan kesebelas, di mana dalam pertemuan kali ini penyajian presentasi dilakukan oleh kelompok kesembilan yang beranggotakan Ayu Wulandari, Nurma Jelita, Rahmawati Ramdiah, dan Ria Zulfiah. Pertemuan kali ini dosen kami Pak Amril berhalangan hadir, oleh karena itu sistem presentasi kali ini dengan cara membuat kelompok kecil di mana tiap kelompok tersebut akan ditutori oleh satu dari anggota kelompok penyaji. Kelompok 4, 7, dan 11 akan ditutori oleh penyaji Rahmawati Ramdiah. Materi presentasi hari ini adalah “Promosi”.
            Promosi adalah kegiatan memasarkan sebuah produk/jasa dengan menggunakan sarana promotion mix (iklan, promosi penjualan, publisitas, penjualan personal). Iklan merupakan bentuk komunikasi bukan pribadi yang dijalankan melalui usaha yang dibayar. Iklan itu sendiri memiliki manfaat sebagai pencitraan, pemberian motivasi, pemberi informasi, dll. Dalam melakukan promosi melalui media iklan terdapat lima langkah yang harus kita lakukan, yang pertama yaitu penetapan sasaran. Penetapan sasaran di sini adalah dengan melakukan segmentasi pasar terlebih dahulu. Kedua adalah keputusan anggaran, yaitu kita membuat list anggaran yang kita butuhkan dalam melakukan promosi melalui media iklan tersebut. Ketiga adalah keputusan pesan iklan, yaitu kita melakukan pemilihan pesan yang ada dalam iklan yang akan kita publikasikan, di mana iklan tersebut akan dibuat sekreatif, seinformatif, dan semenarik mungkin agar konsumen tertarik dengan produk yang kita tawarkan. Keempat adalah evaluasi periklanan, di mana dalam tahap ini kita melihat bagaimana respon dari konsumen. Kelima adalah pelaksanaan, dalam tahap ini kita sudah melakukan pembulikasian iklan kepada konsumen dengan tujuan memasarkan produk yang akan kita tawarkan.
            Sarana yang kedua dalam promotion mix adalah promosi penjualan. Promosi penjualan bertujuan untuk merangsang tanggapan pasar untuk lebih kuat akan ketertarikannya kepada produk yang kita tawarkan. Dalam melakukan promosi penjualan, tahap awal yang kita lakukan  adalah menyusun sasaran penjualan, lalu kita menyeleksi alat-alat apa yang dibutuhkan dalam promosi penjualan. Setelah itu kita memutuskan berapa keuntungan yang ingin kita dapat karena dengan begitu kita dapat menentukan harga yang akan kita tetapkan dalam promosi penjualan. Setelah itu kita melaksanakan program promosi penjualan, dan terakhir kita melakukan evaluasi hasil promosi penjualan dengan membandingkan penjualan sebelum dan sesudah melakukan promosi.
            Selanjutnya yaitu publisitas. Dalam kegiatan publisitas ini biasanya dilakukan oleh Humas yang ada di dalam tiap-tiap perusahaan. Dalam melakukan publisitas itu sendiri pertama-tama yang harus dilakukan adalah menyusun tujuan dari publisitas yang akan kita lakukan. Setelah penyusunan tujuan sudah ditetapkan, barulah kita memilih pesan apa yang akan dilampirkan dan media apa saja yang akan kita gunakan. Setelah hal tersebut sudah rampung, barulah kita melaksanakan rencana yang sudah dibuat. Tahap akhirnya yaitu dengan melakukan evaluasi hasil yang didapat dengan tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya.
            Yang terakhir adalah penjualan personal, yaitu dengan cara bertemu langsung dengan calon pembeli/konsumen, atau biasa disebut dengan sales. Tahap yang dilakukan dalam penjualan personal masih sama dengan sebelumnya, di mana tahap awal dengan menetapkan tujuan, dan dari tujuan tersebut kita dapat merancang strategi apa yang akan kita gunakan. Lalu, kita menarik dan menyeleksi wiraniaga yang akan kita tempatkan sebagai pelaku dari penjualan personal, namun wiraniaga tersebut akan dilatih sebelumnya. Selanjutnya kita mengawasi dan mengevaluasi hasil hasil yang diperoleh dari wiraniaga yang melakukan promosi penjualan.  
.

Sabtu, 04 Mei 2013

Kebijakan Harga



Kebijakan Harga

Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan,  29 April 2013 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan di ruang Daksinapati 306 dengan dipimpin oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E, M.Pd. Hari ini merupakan pertemuan kesepuluh di mana hari ini kelompok kedelapan yang akan menyajikan materi presenstasinya yang berjudul “Kebijakan Harga”. Adapun kelompok delapan beranggotakan Berta Mahariyanti, Ria Whinda, Rolliyani, dan Vivi Yusdikasari.
Definisi kebijakan yaitu rangkaian konsep dan asas yang menjadi pedoman dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, dan cara bertindak. Sedangkan harga merupakan nilai produk barang/jasa yang dinyatakan dengan uang. Jadi, kebijakan harga adalah keputusan mengenai harga-harga yang akan ditetapkan pada suatu produk tertentu yang akan diikuti untuk suatu jangka waktu tertentu. Harga itu sendiri merupakan titik krusial dalam suatu perusahaan  harga menentukan pendapatan dari perusahaan itu sendiri, oleh karena itu kebijakan dalam penentuan harga menjadi hal yang penting. Pentingnya penetapan harga dalam suatu perusahaan dalam menjalani bisnis/usahanya yaitu suatu harga akan berpengaruh terhadap permintaan pasar, berpengaruh terhadp maksimal atau tidaknya suatu pendapatan di mana pendapatan tersebut akan mempengaruhi profit/laba, memperngaruhi persaingan dengan perusahaan lain, dll.
Bukanlah hal yang mudah ketika sebuah perusahaan akan mentepkan harga yang akan diberikan karena harga yang ditetapkan akan memperngaruhi nilai dari produk tersebut dan akan menjadi sebuah prestise tersendiri bagi konsumen yang menggunakan produk tersebut. Terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi penetapan suatu harga yaitu faktor yang berasal dari dalam perusahaan tersebut (faktor internal) dan faktor yang berasal dari luar perusahaan (faktor eksternal). Faktor internal dipengaruhi oleh biaya, strategi bauran pemasaran, dan organisasi. Sedangkan faktor eksternal itu sendiri dipengaruhi oleh sifat dan permintaan pasar serta persaingan.
Terdapat tiga metode dalam melakukan penetapan harga bagi sebuah perusahaan. Pertama adalah cost plus pricing method, yaitu harga didasarkan pada biaya total ditambah laba yang diinginkan dengan kata lain, perusahaan menghitung biaya keseluruhan yang dikeluarkan dalam memproduksi suatu produk dan menetapkan berapa persentasi laba yang diinginkan, setelah itu biaya tersebut dijumlahkan dengan laba yang diinginkan sehingga harga tersebut yang akan menjadi harga dari produk itu. Kedua adalah harga yang didasarkan pada keseimbangan antara perkiraan permintaan pasar dengan suplai, dengan kata lain semakin tinggi permintaan pasar akan suatu produk maka akan semakin tinggi harga yang akan ditetapkan oleh perusahaan begitupun sebaliknya, dan semakin tinggi suplai produk kepada pasar maka semakin rendah harga yang ditetapkan (dikarenakan melimpahnya barang tersebut di pasaran). Ketiga adalah harga yang didasarkan pada kondisi-kondisi pasar yang bersaing, dengan kata lain sebuah perusahaan dalam menetapkan suatu harga juga mempertimbangkan harga yang ditetapkan oleh para pesaing.  
Kebijakan suatu harga tidak hanya berfokus pada perusahaan/produsen yang memproduksi suatu barang, namun kebijakan harga juga ditetapkan oleh pemerintah, wholesaler, dan retailer. Pemerintah juga memiliki andil dalam memberikan kebijakan akan penetapan harga, di mana kebijakan tersebut bertujuan untuk melindungi produsen dalam negeri, menstabilkan tingkat harga umum, dan mencegah penurunan harga yang lebih parah. Selain itu, pemerintah juga melindungi konsumen dari para oknum tertentu yang menaikkan harga suatu barang sehingga konsumen dirugikan oleh ulah oknum tersebut.
Pihak produsen memiliki kebijakan dalam melakukan penetapan harga yaitu dengan skimming price (memasarkan produk baru dengan menaikkan harga), dan penetration atau penetrasi yaitu produsen pada permulaan menurunkan harga terlebih dahulu guna menarik pangsa pasar, setelah dirasa banyak konsumen yang mengonsumsinya maka perlahan harga akan dinaikkan secara bertahap. Untuk pihak wholesaler dalam menetapkan kebijakan harganya beradasarkan biaya distribusinya (ongkos kirim), harga yang ditetapkan berdasarkan status atau posisi dari konsumen, harga yang didasarkan pada banyak sedikitnya jumlah pembelian, dumping (menjual ke luar negeri lebih murah dari pada ke dalam negeri), dan juga diskon. Untuk pihak retailer sendiri dalam menetapkan kebijakan harganya yaitu berdasarkan margin pricing (harga standar yang biasanya diedarkan di pasaran), discount house (menjual eceran dengan memberikan harga yang menarik), price lining, competitors price, judgment pricing, customary prices, odd prices, dan combination offers.
Seperti biasanya, akhir pemaparan kelompok presentasi, selanjutnya akan dipaparkan materi oleh Pak Dr. Amril Muhammad, S.E, M.Pd.


Minggu, 28 April 2013

Distribusi, Franchise, dan MLM


Distribusi, Franchise, dan MLM (Multi Level Marketing)

Universitas Negeri Jakarta-Fakultas Ilmu Pendidikan, Senin 22 April 2013, tepatnya di ruang Daksinapati 307 berlangsungnya perkuliahan Manajemen Pemasaran Jasa Pendidikan dengan dipimpin oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd. Hari ini adalah pertemuan kesembilan, di mana hari ini penyajian materi akan dipresentasikan oleh kelompok ketujuh yang beranggotakan Leni Indriyani, Rizky Nuria Pardede, dan Yolla Fitriyani. Kelompok ini akan menyajikan materi yang berjudul “Distribusi, Franchise (waralaba), dan MLM (Multi Level Marketing)”.
Distribusi adalah proses penyaluran barang dari produsen sampai ke tangan konsumen. Seperti yang kita ketahui, produsen adalah orang yang melakukan kegiatan produksi, konsumen adalah orang yang menggunakan atau menghabiskan nilai guna dari barang/jasa, sedangkan distribusi memiliki peran penting dalam menjembatani kegiatan produksi dan konsumen sehingga barang/jasa yang diciptakan oleh produsen bisa sampai ke tangan konsumen. Distributor adalah orang yang melakukan kegiatan distribusi, dan dengan adanya kegiatan distribusi maka kegiatan penyaluran barang akan berjalan. Harapan setiap produsen pastilah ingin agar setiap barang/jasa yang dihasilkan dapat dikonsumsi oleh konsumen. Namun,  untuk mencapai hal tersebut produsen harus memikirkan  terlebih dahulu kegiatan pendistribusian seperti apa yang akan digunakannya, apakah penjual langsung menyalurkan barang maupun jasanya ke konsumen sehingga penjual berhubungan langsung dengan konsumen (distribusi langsung) ataukah produsen menjual barang/jasanya melalui perantara agen, grosir atau pedagang besar, dan pedagang eceran (distribusi tidak langsung).
Dengan adanya kegiatan distribusi maka barang/jasa dapat berpindah dari produsen ke konsumen (fungsi umum), dan juga dengan adanya kegiatan distribusi maka akan dapat memberikan informasi kepada konsumen tentang barang/jasa yang ditawarkan, dapat mengadakan kontak langsung antara penjual dengan pembeli, mengadakan negosiasi antara kedua belah pihak (penjual dan pembeli), dan peran-peran lainnya (fungsi distribusi khusus).      
Seiring berkembangnya inovasi dalam pendistribusian barang/jasa guna meningkatkan profit atau laba bagi produsen, maka dikembangkan strategi baru dalam melakukan pendistribusian. Strategi baru dalam pendistribusian tersebut di antaranya melalui sistem Franchise dan MLM. Franchise merupakan sistem pendistribusian kepada konsumen dalam melakukan distribusi di mana pemilik merek memberikan hak kepada individu atau perusahaan untuk melaksanakan bisnis dengan merek, nama, sistem, prosedur, dan cara-cara yang telah ditetapkan sebelumnya dalam jangka waktu tertentu meliputi area tertentu. Dengan kata lain, bagi terwaralaba dalam menjalankan bisnis atau usahanya haruslah mengikuti sistem yang telah ditetapkan oleh perwaralaba. Operasi usaha waralaba yang yang dijalankan di bawah pengarahan perwaralaba, dan terwaralaba memiliki kewajiban untuk membayar royalty atau initial fee.
Selain franchise, MLM juga merupakan strategi baru dalam melakukan distribusi barang/jasa. MLM merupakan suatu metode bisnis alternatif yang berhubungan dengan pemasaran dan distribusi yang dilakukan melalui banyak level. Dengan kata lain, dalam MLM metode yang digunakan yaitu menjual barang secara langsung melalui jaringan yang dikembangkan melalui distributor. MLM itu sendiri memiliki persyaratan tertentu di antaranya yaitu produk yang ditawarkan bersifat khas, eksklusif, kebal terhadap fluktuasi ekonomi, mempunyai diferensiasi yang mencolok, dan memiliki komitmen. MLM dalam  sistem jaringannya menggunakan sistem member di mana anggota yang ingin bergabung akan menjadi member dalam jaringan tersebut. Sehingga member yang sudah bergabung tersebut dapat menarik member lain, dan dari jaringan tersebut sang member akan mendapatkan bonus sesuai dengan tingkat level yang ia capai. Seorang member memiliki tugas yang akan dijalankannya antara lain menjual, mengajak, dan membangun organisasi. Menjual yaitu sang member menjual produknya kepada konsumen dengan menawarkan harga yang sudah ditetapkan sebelumnya, dan pembayaran dilakukan secara tunai. Mengajak yaitu sang member memperkenalkan produknya kepada konsumen agar konsumen tersebut tertarik sehingga ia mengonsumsi produk yang ditawarkan. Membangun organisasi dalam pengertian ini sama seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa sang member akan membentuk suatu jaringan dengan menarik member-member baru.
Sekian hasil laporan perkuliahan pertemuan kesembilan ini yang saya dapatkan dari penyajian presentasi kelompok ketujuh dan materi yang dipaparkan oleh dosen kami Pak Dr. Amril Muhammad, S.E., M.Pd.